Selasa, 19 September 2017

Berbagai Jenis Kain Indonesia yang Patut kita Banggakan

Seperti yang kita ketahui, Indonesia kaya akan keanekaragaman suku, kultur dan budayanya.
Banyak sisi-sisi Budaya Indonesia yang patut kita banggakan, salah satunya adalah  Kain Tradisional.

Pada kesempatan kali ini saya akan coba sedikit menggali mengenai jenis-jenis Kain Tradisional Indonesia yang bisa kita banggakan.

Berbagai Macam Jenis Kain Tradisional Indonesia


Kain Sasirangan


Kain sasirangan merupakan kain nusantara dari daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kain Sasirangan ini umumnya dipakai sebagai kain adat yang digunakan pada acara upacara adat suku Banjar. Kata sasirangan sendiri berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur. Karena dikerjakan secara menjelujur kemudian diikat dengan tali rafia dan dicelup. Semua masih dikerjakan secara manual.


Kain Sasirangan via 1001indonesia.net


Menurut sejarah, Sasirangan adalah kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih negara Dipa. Awalnya Sasirangan dikenal sebagai kain untuk batatamba atau penyembuhan orang sakit yang dioesan khusus lebih dahulu (permintaan). Sehingga orang Banjar sering menyebutnya Sasirangan kain parmintaan, yang artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan untuk orang sakit, kain ini juga sebagai kain sakral yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.

Pada jaman dulu kain Sasirangan diwarnai seturut tujuan pembuatannya, yaitu sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan penyakit tertentu. Pewarnaan kain ini juga dahulu menggunakan bahan pewarna alami, seperti dari biji buah, kulit, daun atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau yang sengaja ditanam di daerah para pembuat kain ini.

Ada 6 warna utama kain Sasirangan yang dibuat dari bahan pewarna alami:

1. Kuning, berasal dari kunyit atau temulawak.
2. Merah, diambil dari bahan gambir, buah mengkudu, lombok merah atau kesumba (sonokeling)
3. Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe.
4. Hitam, dari kabuau atau uar.
5. Ungu, diambil dari biji buah handaria (bahasa Banjar Ramania)
6. Coklat, bahan pembuatnya dari uar atau kulit buat rambutan.

Agar mendapat warna yang lebih tua, lebih muda dan lebih tahan lama(tidak cepat pudar), bahan-bahan di atas dicampur dengan rempah-rempah lain seperti garam, juntan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, cuka atau terusi.

Aneka motif kain sasirangan

Motif-motif kain Sasirangan sangat banyak macamnya. motif yang umum diketahui seperti Iris Pudak, Kambang Raja, Bayam Raja, Kulit Kurikit, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur , Sari Gading dan lain-lain.

Kain Ulos

Kain Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera Utara. Dari asal katanya ulos berarti kain. Cara membuat Ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yakni menggunakan alat tenun manual bukan mesin.


Kain Ulos via Okezone


Warna dominan Ulos ini adalah warna merah, hitam dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Awalnya Ulos dipakai hanya dalam bentuk selendang atau sarung, yang dikenakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai dalam bentuk lain seperti produk suvenir sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet dan gorden.
Ulos juga kadang diberikan pada ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi dan untuk melindungi ibu dari mara bahaya yang mengancam selama proses persalinan.
Mengulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang Batak. Dalam setiap kegiatan  seperti kelahiran, pernikahan dan kedukaan, Ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu disertakan.

Kain Ulos modern

Makna filosofis pemikiran nenek moyang orang Batak adalah salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah "kehangatan". Ini mengingat masyarakat Batak dahulu memilih hidup di dataran tinggi yang memiliki suhu udara yang dingin.  Ada tiga hal yang diyakini oleh nenek moyang orang Batak yang dapat memberikan kehidupan bagi manusia, yakni darah, nafas dan kehangatan. Sedangkan sumber kehangatan sendiri bisa berasal dari matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api juga bisa dinyalakan setiap saat, namun kurang praktis untuk digunakan menghangatkan tubuh. Namun berbeda dengan Ulos yang sangat praktis dapat digunakan kapan dan di mana saja. Karena itu Ulos menjadi barang yang penting dan dibutuhkan. Sehingga akhirnya Ulos memiliki peran dan nilai yang tinggi di tengah masyarakat Batak.

Terdapat aturan penggunaan Ulos yang dituangkan dalam aturan adat :

- Ulos hanya diberikan pada kerabat di bawah kita, misal orangtua kepada anak
- Ulos yang diberikan harus sesuai dengan kerabat yag akan diberi Ulos. Misal Ragihotang diberikan untuk

Ulos kepada menantu laki-laki.

Dalam perkembangannya, Ulos tidak digunakan sekadar kain penghangat tubuh tapi menjadi simbol kehangatan yang sudah mengakar di dalam budaya masyarakat Batak.

Kain Tenun Lurik

Kain lurik merupakan kain tenun yang memiliki corak khas motif garis-garis searah panjang kain. Kata lurik diambil dari bahasa Jawa 'lorek' yang berarti lajur atau garis atau corak yang melambangkan kesederhanaan. Meskipun terkesan sangat sederhana, namun dalam pembuatan kain lurik ini sesungguhnya membutuhkan ketelitian tinggi untuk memadukan warna dan garis yang selaras dan seimbang supaya kain lurik yang dihasilkan tampak anggun dan indah.

Kain lurik memiliki sejarah yang tinggi terutama di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kain lurik termasuk wastra Indonesia yang sudah sangat tua, diperkirakan kain lurik sudah ada sejak jaman kerajaan Mataram yang ditandai dengan ditemukannya kain lurik Pakan Malang pada prasasti kerajaan Mataran abad ke-9 (851-882M), kain luluh watu pada prasasti Raja Erlangga Jawa Timur serta selendang kain lurik pada arca Terracota dari abad ke15 yang berada di Trowulan Jawa Timur. Selain itu keberadaan kain tenun lurik di Jawa juga diperkuat dengan pemakaian tenun pada arca-arca dan relief candi yang tersebar di pulau Jawa.

Kain Lurik via griyabatikpuspita.blogspot.com

Pada dasarnya kain lurik memiliki 3 motif dasar:

1. motif lajuran dengan corak garis-garis panjang searah helai kain
2. motif pakan malang yang memiliki garis-garis searah lebar kain
3. motif cacahan, yakni lurik dengan corak kecil-kecil.

Kain lurik tradisional terbuat dari bahan serat kapas, serat kayu, serat sutera. Serat dari tanaman tersebut kemudian diproses secara tradisional sehingga menghasilkan benang yang siap ditenun menggunakan alat tenun bendho maupun alat tenun gendong.

Pada awalnya, motif kain lurik masih sangat sederhana dan warnanya yang dipakai juga hanya hitam dan putih atau kombinasi keduanya. Meski intinya kain lurik bermotif garis-garis, tetapi variasinya sangat beragam.

Kain lurik sarat dengan makna. Lurik tidak dapat dipisahkan dengan kepercayaan dan hal ini tampak dari penggunaan pada berbagai upacara keagamaan, ritual dan kegiatan adat. Filosofi dan makna dari sehelai kain lurik biasa tercermin dalam motif dari warna lurik. Ada corak tertentu yang dianggap sakral yang memberi tuah, ada yang memberi nasihat, petunjuk dan harapan. Semua tercermin dalam corak ragam hias.Daur hidup manusia mulai dari lahir sampai meninggal diibaratkan dengan putaran empat penjuru yang bergerak dari timur ke selatan melalui barat menuju ke utara. Keempat penjuru mata angin ini dalam istilah Jawa disebut dengan istilah Macapat. Setiap mata angin dilambangkan dengan simbol warna. Lurik juga tidak terlepas dari berbagai legenda yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun dalam kelompok masyarakat. Misalnya kain Poleng dipercaya dapat menolak bala.

Berbagai unsur seperti warna, motif dan kepercayaan menyertai lurik membuat nilai kain lurik ini menjadi semakin tinggi. Penggunaan kail lurik Solo dan Yogyakarta yang dipakai dalam acara upacara tertentu berbeda-beda maknanya tergantung maksud dan tujuan upacara yang diselenggarakan.

Dahulu kain lurik ini banyak digunakan masyarakat sebagai pakaian sehari-hari. Untuk wanita biasa dibuat kebaya, sedang untuk pria biasa sebagai bahan baju pria seperti surjan. Selain itu kain lurik juga digunakan sebagai selendang yang berfungsi untuk menggendong tenggok. Juga dipakai dalam upacara yang berkaitan dengan kepercayaan seperti upacara labuhan, siraman, mitoni dan upacara tradisional lainnya.

Perkembangan kain lurik saat ini cukup beragam, baik dari segi warna dan motif. Dengan berkembangnya dunia mode/ fashion di Indonesia, potensi keindahan kain lurik ini makin dapat ditampilkan. Saat ini kain lurik juga dipadupadankan dengan bermacam variasi bahan lain tanpa menghilangkan unsur-unsur nilai yang dikandungnya. Modifikasi kain lurik dengan bahan-bahan lain yang lebih modern saat ini, menghasilkan berbagai karya baru yang menarik seperti pemakaian sebagai tas, dompet, sepatu dan lain sebagainya. Saat ini kain lurik sudah menjadi salah satu komoditas bisnis yang berkembang di kalangan pengusaha mode dan tekstil.

Kain Batik

Nah kalau jenis kain yang satu ini, pastinya kamus sudah sangat familiar kan?
Ya kain Batik memang bisa dibilang salah satu jenis kain asli Indonesia yang sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara.


Kain Batik via Pegipegi.com


Tapi apa sih arti Kain Batik itu sendiri?

Menurut wikipedia, Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.

Batik sendiri sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia yang sangat penting artinya dalam sejarah. Hal ini dapat dilihat dimana para wanita Indonesia masa lalu (terutama dari daerah Jawa), lekat kehidupannya dengan dunia batik sebagai salah satu mata pencahariannya.

Untuk contoh-contoh lainnya, saya rasa sudah tidak perlu disampaikan ya karena jenis kanin yang satu ini sudah sangat-sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia modern. Namun kalo kamu ingin lebih detil melihat motif Batik yang disandingkan dengan kebaya, ada baiknya bisa melihat artikel mengenai model kebaya yang terbaru disini




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagai Jenis Kain Indonesia yang Patut kita Banggakan

Seperti yang kita ketahui, Indonesia kaya akan keanekaragaman suku, kultur dan budayanya. Banyak sisi-sisi Budaya Indonesia yang patut kit...